Bunga papan saat ini marak digunakan masyarakat sebagai tanda adanya
kegiatan pesta, kenduri, peresmian gedung, dan kematian. Bunga papan dijadikan suatu
media informasi dan komunikasi khusus pada kegiatan tersebut. Mengapa menggunakan
bunga papan ? Kelebihan apa yang ditampilkan bunga papan ? Bagaimana sebaiknya
penampilan bunga papan ? nilai atau makna apa yang disandang oleh bunga papan ?
Bunga asli dari alam, mungkin memiliki banyak arti bagi masyarakat
penggunanya, misalnya sebagai tanda cinta atau sayang, kerena bunga memiliki berbagai
kelebihan seperti warna yang menarik, bentuk yang bervariasi, dan wangi atau aromanya
yang menyenangkan. Tetapi bagaimana dengan bunga papan yang umumnya
menggunakan bunga palsu dari kain atau plastik ?
Mungkin tidak ada suatu alasan yang kuat untuk menjadikan bunga papan
sebagai suatu yang bermakna, tetapi itulah kenyataannya masyarakat menerima begitu saja
apa adanya. Kelihatannya orang hanya senang kalau namanya sudah terukir pada bunga
papan, apalagi kalau dituliskan dengan huruf yang besar-besar.
Bunga papan layaknya mendapat perhatian yang serius bagi pemerhati seni rupa,
karena bunga papan adalah salah satu bentuk karya seni rupa yang sekarang diminati
banyak orang. Bagaimanakah format penampilan bunga papan yang estetis ? Makna
simbolis apa saja yang disampaikan melalui bunga papan ?
Sejak zaman Romawi bunga sudah digunakan sebagai media komunikasi
manusia. Bunga selain dia indah untuk dipandang, dia juga memiliki aroma yang
beragam sehingga dapat menjadi sensasi bagi manusia yang menikmatinya. Bunga
seringkali dijadikan perlambangan atau simbol dalam kehidupan manusia. Dapat
dikatakan bunga sebagai penanda dan petanda bagi sekelompok orang. Manuasia
dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.
Manusia dapat menciptakan tanda-tanda, mengirim tanda, dan sepakat mengenai
arti tanda itu (Zoest:1993). Pierce membedakan tiga macam tanda menurut sifat
penghubungan tanda dan denotatum, yaitu : ikon, indeks, dan lambang (simbol).
Mungkin tidak ada suatu makna baku yang dapat dijadikan sandaran
ilmiah terhadap penggunaan bunga tersebut. Namun secara konvensi bunga
tersebut diterima dengan baik oleh masyarakat sebagai benda penuh makna.
Misalnya dalam arti yang positif, seorang pemuda yang sedang jatuh hati kepada
seorang gadis, maka dia memberikan sekuntum bunga. Seseorang yang baru saja
meraih suatu jabatan tertentu juga disuguhkan rangkaian bunga oleh temannya,
begitu pula pejabat yang baru datang ke daerah tertentu lalu dikalungkan
rangkaian bunga oleh yang menyambutnya. Ketika ada acara peresmian kantor,
gedung baru, peresmian pernikahan juga disuguhkan bunga dalam bentuk bunga
papan.
Sebaliknya dalam artian yang neqatif (duka cita atau kemalangan) bunga
juga berperan penting. Misalnya ketika seseorang pejabat meninggal dunia lalu
disuguhkan karangan bunga pada keranda mayatnya, dan pada kuburannya juga
2
ditaburkan bunga. Sekarang bunga papan juga sudah sering dipajangkan di depan
rumah orang yang meninggal dunia. Kenyataannya bunga telah hadir dalam
segala kondisi kehidupan masyarakat. Mengapa bunga papan menjadi penting
pada setiap acara-acara keramaian pada masyarakat ? Apa yang dikatakan
penyanyai Pambers bahwa bunga mawar telah berganti bunga flamboyan, artinya
bunga telah hadir sejak masa berpacaran dulu hingga sekarang badan sudah
berada di kolong tanah masih tetap diberi suguhan bunga (bunga flamboyan).
Perkembangan budaya terjadi begitu cepat seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini hampir seluruh daerah telah menjadikan
bunga papan sebagai suatu media komunikasi pada acara-acara pesta dan
kemalangan. Bunga papan terpajang di sekitar tempat acara pernikahan dan
kemalangan bagaikan suatu pameran karya seni. Benarkah tujuan bunga papan
untuk menghibur masyarakat dengan ekpresi seni yang disajikan ?
Bunga papan disajikan dalam bentuk yang bervariasi jenis bunga, warna
bunga dan warna background (kain baldu penutup papan), begitu juga dengan
ukuran luasnya yang bervariasi. Pemakaian bunga pada papan, ada yang bunga
asli dan ada pula bunga palsu (plastik). Bentuk tulisan dan ukurannya bervariasi,
tetapi mengapa nama si pengirim bunga papan itu ditulis besar-besar ? Bukankah
sebaiknya nama yang berpesta lebih besar dan nama pengirim cukup kecil saja ?
Apakah yang menjadi tolok ukur penyajian bunga papan ?
Seberapa pentingkah bunga papan pada suatu acara pernikahan ? Benarkah
memberikan bunga papan lebih baik dari pada memberi kado pernikahan ?
Mengapa dengan adanya bunga papan di depan rumah atau gedung tempat pesta
itu dianggap sebagai acara besar ? Benarkah bunga papan dapat dijadikan simbol
strata kehidupan masyarakat ?
a.
Pengertian Bunga Papan
Tahun 1970-an bunga papan lebih dikenal dengan dengan istilah
steekwerk. Sebuah kata yang sering salah dalam penulisannya menjadi stick werk
atau bahkan stick work. Steekwerk berasal dari bahasa Belanda yang terdiri dari
dua kata, yaitu steek yang berarti sulam (menyulam) dan werk yang berarti
pekerjaan . Maka secara terminologi
steekwerk adalah pekerjaan menyulam bunga di atas sebuah media menjadi suatu
bentuk yang indah, baik berupa gambar, tulisan maupun hiasan. Kenapa harus
berasumsi bunga papan berasal dari bahasa Belanda, karena sejarah Indonesia dan
kota Jakarta tidak terlepas dari bangsa Belanda. Lalu kenapa steekwerk hanya
diasumsikan dengan bunga papan? Karena para pedagang bunga pada tahun 70-an
hingga 80-an lebih menitikberatkan kata steekwerk hanya untuk bunga papan.
Sedangkan rangkaian bunga lainnya disesuaikan dengan bentuknya, seperti bunga
meja dan bunga krans.
Bunga papan di Jakarta pada tahun 70-an bukanlah seperti yang kita lihat
sekarang ini. Bunga papan pada masa itu dibuat dari gundukan (gulungan)
tanaman rambat di kebun-kebun kosong yang saat itu masih banyak di Jakarta.
Gulungan itu kemudian dirapatkan dan dipadatkan lalu diletakkan di atas kayu
3
kaso atau bambu besar yang kemudian dibentuk menjadi sebuah papan besar
seperti layar.Disebut seperti layar karena pada masa itu, ukuran bunga papan ratarata
sekitar 3 X 2meter. Untuk menutupi gulungan pohon rambat tersebut
digunakanlah kain sesuai ukuran Bambu. Baru kemudian disulam dengan
bunga suyok (bunga tahi kotok) berwarna kuning yang membentuk tulisan ucapan
seperti "selamat berbahagia atau selamat dan sukses" .
Istilah bunga papan pada awalnya tidak dikenal oleh para pedagang bunga
yang baru tumbuh sedikit di Jakarta. Kata bunga papan merupakan terjemahan
kata steekwerk (stikan) yang dibuat oleh internet marketer, yaitu rangkaian bunga
yang berada di atas media kotak menyerupai papan. Dimana hal ini tidak terlepas
dari kata "flower of board" yang sering diucapkan para pembeli luar negeri
kepada para pedagang bunga di Jakarta.
b. Sejarah Rangkaian bunga
Di belahan dunia barat, seni merangkai bunga pun tidak kalah terkenalnya
dengan belahan timur. Semua tentunya masih disesuaikan dengan kebudayaan
masing-masing negara. Di Yunani dan Roma patung Yunani di pemakaman tua
dengan lingkaran karangan bunga di atas kepalanya. Pada masa Yunani kuno
(600-146 Sebelum Masehi) rangkaian bunga berbentuk lingkaran dan kalung
karangan bunga memang banyak digunakan. Rangkaian bunga berbentuk
lingkaran, biasanya diletakkan di pundak para pahlawan, patung dewa-dewi,
makhluk hidup, dan digunakan untuk menghormati orang yang sudah meninggal.
Untuk Anda yang hobi menonton film bernuansa klasik Yunani dan Roma,
tentunya juga familiar dengan daun bunga. Daun bunga memang dipajang pada
saat festival, upacara, dan selama kegiatan keagamaan. Bunga dan buah disusun di
keranjang pendek yang diletakkan di meja makan. Para tamu dimahkotai dengan
bunga dan dihiasi rangkaian bunga berbentuk lingkaran dan kalung karangan
bunga. Bunga mawar segar dihamburkan dari langit-langit bagaikan hujan warna
dan parfum.
Di Byzantium dan Persia asal mula ide rangkaian bunga pada mosaik
gereja-gereja inspirasinya berasal dari wilayah Kerajaan Romawi Timur, yaitu
berkembangnya teknik seni merangkai bunga. Keindahan jambangan besar dan
piala yang dipakai dalam misa suci yang dipadu dengan daun-daunan dan buahbuahan
serta bunga yang indah. Pada masa itu nuansa seni dan keindahan
rangkaian bunga memang sangat kental.
Di Eropah setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat dan sebelum Masa
Renaisance, seni merangkai bunga belum terlalu populer. Barulah pada abad 13
atau periode Gothic, rangkaian bunga mulai dikenal. Bunga, daun, dan buah
digunakan sebagai penghias gereja katedral. Tidak hanya itu, malahan banyak
lukisan, manuskrip, dan pita abad 14 dan 15 yang dihiasi vas bunga tinggi
berisikan setangkai bunga yang indah.
Awal masa renaisance (1400-1600), barulah semua seni merangkai bunga
berkembang pesat. Lantai dan tepi jendela dihiasi rangkaian bunga yang tinggi
dalam sebuah vas besar, dan sejak itu pula rangkaian bunga yang longgar serta
buket kecil yang diikat rapat mulai dikenal.
4
Di Prancis tatakan vas dan jambangan agak besar berisikan rangkaian bunga
diletakkan di bagian tengah meja makan. Sedangkan rangkaian bunga diletakkan
di semua ruangan.
Di Inggris William Hogarth, seorang pelukis Inggris memperkenalkan
rangkaian bentuk S yang nantinya disebut rangkaian bunga dengan desain kurva
Hogarthian. Bunga dan daun mulai didesain simentris sesuai kurva huruf S. Di
sini meja buffet mulai dilengkapi karangan bunga, rangkaian bunga berbentuk
lingkaran mulai diperkenalkan. Lalu juga rangkaian bunga berbentuk piramida,
buah, dan gula-gula. Seluruh ruangan diberi penerangan lilin dengan tempat lilin
yang tinggi dan berornamen bunga. Para wanita memakai hiasan bunga di rambut
dan gaun beraksesoris bunga.
Di Amerika sebagai melting pot dimana budaya Barat dan Timur berpadu
erat, banyak terdapat buket berupa vas tinggi, dan bunga yang lebih tinggi
daripada vas. Seni Oriental pun diadaptasi dalam rangkaian bunga memakai
mangkuk atau vas kecil dan pendek yang berornamen dekoratif.
c. Peranan Bunga Papan dalam Masyarakat
Karangan Bunga Papan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia,
khususnya pebisnis, dalam memberikan ucapan selamat sukses, selamat bahagia,
happy anniversary, happy wedding hingga ucapan duka cita atau belasungkawa.
Karangan bunga ini berbentuk persegi panjang dengan hiasan bunga, motif
beraneka ragam serta warna-warna sedemikian rupa sehingga terlihat jelas
pengirim dan tujuan pengirimannya.
Sistem kekeluargaan masyarakat Indonesia yang ditunjang dengan
kesetiakawanan yang kuat membangun sebuah budaya kirim bunga ucapan untuk
turut merasa suka maupun duka baik dalam hal bisnis maupun pribadi dan
keluarga. Hingga saat ini, budaya mengirim bunga papan semakin berkembang
dan meluas kepada event-event budaya dan nasional.
Ucapan dukacita, belasungkawa atas peristiwa kematian seseorang, baik
rekan relasi usaha anda, teman atau kerabat, seseorang yang spesial maka dapat
diungkapkan dengan mengirimkan Bunga Papan. Kemudian juga dapat digunakan
sebagai tanda
ucapan selamat, congratulations atas suatu peristiwa grand
opening, promosi jabatan, peresmian, pengangkatan, pernikahan, khitanan dan
lain-lain. Bunga papan dapat digunakan sebagai media untuk mengucapkan
selamat. Bunga papan terdiri dari komponen bunga, daun, papan foam, dan bahanbahan
lainnya. Dari semua bahan tersebut dibentuk dengan desain tertentu
sehingga menghasilkan sesuatu yang indah. Namun yang terpenting dari karangan
bunga papan ini adalah pesan yang tercantum dalam karangan bunga papan
tersebut.
d. Konsep Estetika pada Bunga Papan
Bunga papan merupakan salah satu bentuk ekspresi seni yang muncul
secara tiba-tiba dalam masyarakat. Mungkin pada awalnya orang ingin
menampilkan rangkaian bunga yang cukup besar atau luas, tetapi kemudian pada
penataannya bisa memunculkan seperti huruf yang dapat dibaca. Kreasi yang
5
berupa tulisan dari rangkai bunga itu terus berkembang sehingga menarik bagi
konsumen sebagai bentuk komunikasi atau informasi.
Tidak ada suatu standar penataan bunga pada papan, tetapi cita rasa
pembuatnyalah sebagai tolok ukurnya. Apresiasi tentu menjadi wadah
penyempurnaan karya tersebut. Trial and error telah mengantarkan mereka
kepada penciptaan yang dianggap sudah baik. Didukung oleh kekayaan bentuk
huruf yang dapat ditiru, ataupun dikembangkan dari computer, maka karya seni
bunga papan semakin disenangi banyak orang.
Kadang-kadang bunga papan terlihat sangat ramai tulisan sehingga hurufhuruf
yang terukir seperti berdesak-desakan. Huruf ditampilkan dengan besarbesar
supaya jelas dibaca, sehingga tidak menyisakan bagian lowong sebagai
keseimbangan guna menampilkan keindahan. Demikian pula halnya dengan
warna-warni kontras dari huruf yang ditampilkan membuat semakin ramai.
Secara visual bunga papan merupakan suatu wujud karya seni, sehingga
keindahan menjadi salah satu tujuan penciptaannya. Namun keindahan itu sangat
relatif sifatnya, dan tergantung kepada pencipta dan pengamatnya. Sumardjo
(
2000 : 31) mengutip pendapat Benedetto Corce bahwa karya seni atau benda seni
tak pernah ada, sebab seni itu ada dalam jiwa setiap penanggapnya. Artinya karya
seni itu adalah pancaran keindahan yang ada dalam diri pencipta atau
pengamatnya. Keindahan sebuah karya sulit untuk digeneralisasikan karena
sifatnya sangat pribadi. Mungkin bagi seseorang karya itu sudah terlihat indah,
tetapi bagi orang lain itu tidak indah, karena tergantung kepada perasaan masingmasing.
Pendapat tersebut didukung dengan teori subjektif dimana keindahan
tergantung pada susunan pikiran dan indera manusia. Sedangkan pertimbangan
baik buruk, indah dan jelek adalah hasil olahan indrawi sendiri. Artinya keindahan
itu tergantung kepada orang menilai objek itu (
Sembiring, 2012 : 12).
Demikianlah karya bunga papan tumbuh dan berkembang tanpa ada standar
keindahan, karena ukuran keberhasilannya hanya banyaknya konsumen yang
memesan. Artinya bunga papan ciptaan siapa yang banyak dipesan konsumen
itulah yang dianggap lebih indah.
e. Bunga Papan Sebagai Simbol
Bunga
sudah menjadi idola bagi masyarakat sebagai simbol keindahan dan
menjadi media dalam menyampaikan perasaan senang atau cinta kepada
seseorang. Bunga yang dimaksudkan adalah bunga hidup yang segar, wangi, dan
menampilkan keindahan bentuknya. Namun belakangan ini nilai-nilai dari bunga
ini tinggal kamuflase, tipuan, atau tiruan. Banyak orang telah mengganti bunga
tersebut dengan bunga plastik atau yang berbahan dasar kain. Wangi bunga juga
diganti dengan farvum yang disemprotkan ke bunga palsu tersebut. Anehnya si
penerima bunga palsu juga tidak protes terhadap kepalsuan tersebut. Mungkin
simbol itu semakin mengkerdil nilainya, tetapi bagi banyak orang itu tidak
menjadi masalah, karena yang penting adalah orangnya dan bukan bunganya.
Inilah bentuk perubahan yang terjadi pada masa kini, disebabkan kebiasaan
manusia yang cendrung ingin cepat, praktis, murah, dan sebagainya.
Bunga papan pada masa lalu merupakan rangkaian bunga alami, segar dan
wangi, yang ditempel pada lembaran papan, tetapi kini berganti dengan bunga
plastik yang tidak ada wanginya, dan bahkan sudah kumal karena digunakan
berkali-kali. Terjadi perubahan kepentingan dari bunga tersebut, yaitu bukan
bunganya yang penting, melainkan tulisan yang terukir dari susunan bunga
tersebutlah yang penting.
Keindahaan penataan huruf kurang menjadi perhatian bagi si pemesan. Hal
ini cukup diserahkan kepada keterampilan si penyusun bunga papan tersebut.
Yang utama bagi si pemesan adalah bunga papan yang dipesan segera dipajang di
tempat acara yang dia maksudkan. Mungkin yang lebih diperhatikan adalah
tulisan namanya karena umumnya dibuat besar-besar.
Seharusnya penataan huruf bunga papan memperhatikan nilai-nilai
keindahan (nilai estetis) karena bunga papan merupakan produk seni rupa yang
diamati oleh banyak orang. Karya yang tidak indah tentu tidak disukai banyak
orang, kerena umumnya manusia mencintai keindahan. Kemudian si pembuatnya
akan mendapat nilai jelek dari si pengamat, sehingga pesanan akan terus menurun.
Harus ada keseimbangan besarnya ukuran huruf dengan luasnya bidang papan.
Selain itu juga perlu diperhatikan warna bunga, warna dasar kain alas, dan ruangruang
kosong harus ada supaya terlihat tidak terlalu padat. Seharusnya nama
pengirim cukup kecil saja pada bagian bawah bidang papan, serta warna yang
tidak menyolok.
Sebagian besar yang berpesta merasa tersanjung dengan kiriman bunga
papan dari teman. Perasan bangga jika jumlah bunga papan cukup banyak
dipajang ditempat mereka. Sebagian kecil yang berpesta menganggap bunga
papan itu sangat penting diadakan, sehingga jika tidak ada teman yang
mengirimkannya, maka mereka sendiri yang membelinya. Kepentingan itu
bervariasi antara sebagai media informasi dan sebagai gaya agar terlihat acaranya
cukup mewah.
Bunga papan menjadi simbol bagi masyarakat saat ini sebagai tanda
adanya acara yang meriah, atau adanya rasa simpaty yang mendalam terhadap
orang yang lagi berduka cita. Tanpa bunga papan, pesta tersebut terasa tidak
meriah, dan yang lagi berduka terasa tidak banyak orang yang simpaty. Bunga
papan juga menjadi simbol kemewahan atau kekayaan, simbol strata kehidupan
7
atau sebagai orang terpandang. Hal ini hanyalah suatu perasaan dan bukanlah
fakta yang dapat diterima dengan logika.
Bunga papan juga dapat dipandang sebagai mode yang lagi ngetren,
sehingga acara kecil sekalipun juga menampilkan bunga papan ditempat acara.
Misalnya ketika sesorang telah lulus sekolah, ketika sebuah toko mulai dibuka,
dan ketika sesorang berulang tahun, senantiasa ada bunga papan sebagai ucapan
selamat berbahagia.
KESIMPULAN
Secara umum bunga papan berperan menambah semaraknya acara pesta,
sehingga terkesan acaranya meriah. Membangkitkan suasana hati menjadi lebih
berbahagia. Sedangkan pada acara duka cita bunga papan berperan meningkatkan
rasa simpaty yang mendalam bagi orang-orang yang melayat dan menjadi
penghibur bagi keluarga yang sedang berduka.
Supaya bunga papan tampak indah perlu diperhatikan cara menata huruf,
besar-kecilnya huruf, komposisi letak huruf jangan terlalu rapat, adanya ruangruang
kosong untuk keseimbangan, penggunaan warna yang harmonis, dan nama
pengirim sebaiknya kecil saja pada bagian bawah.
Bunga papan untuk pesta menggunakan warna-warni yang cerah. Warna kain
dasar bunga papan pesta umum berwarna merah, kuning, dan biru
DAFTAR PUSTAKA
Sembiring, Dermawan, dkk. (2012). Estetika. Medan. FBS Unimed
Sumardjo, Jakob. (2000). Fisafat Seni. Bandung. Penerbit ITB.
Zoest, Aart Van. (1993). Terjemahan oleh Ani Soekowati. Semiotika. Jakarta.
Yayasan Sumber Agung.